Kamis, 23 Agustus 2012

Sekolah Inklusi Semakin Diminati

     "Semula animo masyarakat turun untuk menyekolahkan anak-anaknya ke SDN Lemahputro 1. Dari dua rombongan belajar menjadi satu rombongan belajar saat penerimaan peserta didik baru. Mereka khawatir anak-anak mereka tidak berkembang karena terpengaruh anak berkebutuhan khusus (ABK)." kata Hj.Nanik Sumarviati, S.Pd. M.Pd. menegnang tahun pertama SDN Lemahputro 1 menjadi sekolah inklusi secara efektif pada 2010.
      Beberapa gurupun merasa kesulitan menghadapi ABK. "Lha wong menghadapi anak normal saja masih ada kesulitan apalagi menghadapi ABK, " keluh beberapa guru seperti diceritakan Kepala SDN Lemahputro 1.
     Hj. Nanik Sumarviati memahami kesulitan rekan-rekannya itu. Langkah pertama ia harus merubah mind set (pola pikir) rekan-rekannya. ditambah dengan berbagai pendidikan dan latihan. Para guru mempunyai pengetahuan baru dan lebih sabar dalam mendidik ABK . Upaya lainnya adalah mengadakan kerjasama dengan SLB Porong yang memperbantukan dua orang gurunya. Dua orang guru PLB ini akhirnya mutasi ke SDN Lemahputro 1. Seiring dengan waktu bersamaan dengan kesungguhan Ibu Kepala Sekolah dibantu dengan guru-guru memberikan bimbingan yang sama antara anak normal dan ABK, masyarakat mulai percaya dengan SDN Lemahputro 1. Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2011 jumlah rombongan belajar kembali menjadi 2. Hal ini tak luput dari prestasi yang mulai ditunjukkan siswa siswi SDN Lemahputro 1. 
     Seharusnya dalam satu kelas terdapat satu persen ABK. Dengan rata-rata 32 siswa per kelas seharusnya ada 3 ABK. Namun karena besarnya kepercayaan masyarakat yang mempunyai ABK untuk menyekolahkan di SDN Lemahputro 1, maka ada rata-rata 5 ABK setiap kelas.
     Minat masyarakat memasukkan anaknya yang tergolong ABK ke SDN Lemahputro 1 antara lain agar anak-anaknya memperoleh motivasi dari anak-anak normal, jika amsuk SLB anak merasa paling pandai padahal masih dibawah anak normal, lingkungan runah yang tidak kondusif khususnya dengan saudara-saudaranya yang merasa malu, dapat mengembangkan potensinya bersama-sama teman sebanyanya, dan harapannya anak-anaknya dapat diterima masyarakat sebagaimana anak-anak yang lain. 
     Hj. Nanik Sumarviati yang dipercaya memimpin SDN Lemahputro 1 pada tahun 2010 memulai kerjanya dengan melakukan assessment pada para siswa. Hasilnya ditemukan kesulitan-kesulitan belajar anak seperti hiperaktif, low vision, dan autis. Mereka tergolong ABK dan harus mendapatkan perhatian khusus agar kemampuannya dapat berkembang pesat.
     " Kalau sebelum ditetapkan menjadi sekolah inklusi, jika ditemukan ABK saat PPDB maka mereka disarankan masuk SLB. Sejak ditetapkan menjadi sekolah inklusi tidak boleh lagi menolak ABK, " jelas Hj. Nanik Sumarvati.
     Untuk mementukan anak tergolong ABK adalah kewenangan psikeater. maka jika ditemukan anak berciri-ciri ABK pihak sekolah menyarankan orang tua untuk anaknya mengikuti psikotes. Dari hasil psikotes akan keluar rekomendasi apakah anak dapat masuk sekolah inklusi ataukah harus masuk SLB. "Seperti debil dan mentalirtardid (keterbelakangan mental) seharrusnya masuk SLB." jelas Hj. Nanik Sumarviati.
     Untuk Mengoptimalkan kemampuan ABK, SDN Lemahputro 1 mendapat bantuan alat terapi dan alat olahraga untuk adaptip, laptop dan LCD untuk proses belajar, twin worker untuk anak tuna daksa, tartil kaki dan tartil tangan untuk merangsang syaraf kaki dan tangan sambil melatih keseimbangan motorik.
     Dengan semangat yang dimiliki guru-guru SDN Lemahputro 1 dalam membimbing seluruh siswa, Hj. Nanik Sumarviati berharap siswa-siswi yang tergolong normal dalam menegmbangkan potensi dan berprestasi maksimal, sedangkan ABK dapat berkembang potensinya secara optimal.

Demikian wawancara antara Kepala SDN Lemahputro 1 Sidoarjo dengan Wartawan Tabloid PENA.

Kepala SDN Lemahputro 1 Sidoarjo
ABK yang menggunakan twin worker

ABK yang menggunakan taktil kaki


0 komentar:

Posting Komentar